Kebudayaan Nanggroe Aceh Darussalam
Aceh merupakan salah satu wilayah Indonesia yang letaknya berada di bagian paling ujung sendiri dari rangkaian kepulauan Nusantara. Aceh atau yang juga dikenal dengan Nanggroe Aceh Darussalam merupakan suku pribumi yang memiliki akar sejarah istimewa bagi Indonesia. Aceh juga mendapat julukan serambi Mekkah, hal ini dikarenakan Aceh memiliki nilai ideologis islam yang melekat dan begitu kental dalam kehidupan masyarakatnya.
Selain itu, Aceh juga memiliki banyak budaya khas seperti 10 kebudayaan Aceh yang akan dipaparkan di bawah ini. Mulai dari bahasa yang digunakan, pakaian adat, tari-tarian, rumah adat, dan masih banyak lagi. Aceh sendiri menurut sejarah menyatakan bahwa masyarakatnya sebagian besar adalah sebagai pendatang yang datang dari berbagai asal kemudian menetap dan tinggal di Aceh tersebut. Namun di antara para pendatang tersebut, kabarnya sukun Aceh tertua berasal dari Suku Mante yang berasal dari Melayu.
Tidak sedikit juga masyarakat Aceh yang merupakan keturunan India, Arab, Persia maupun Turki. Hal ini karena terjalinnya pernikahan dari para pedagang yang masuk ke tanah Aceh dan menikah dengan penduduk Aceh tersebut. Menarik sekali bukan cerita tentang Aceh ini?. Bisa dibayangkan akan bagaimana indahnya kebudayaan-kebudayaan daerah yang ada di Aceh?. Langsung saja, berikut artikel kebudayaan Aceh yang menarik sekali untuk Anda ketahui untuk memperluas wawasan tentang keanekaragaman budaya Nusantara.
Macam-macam Budaya Aceh
1. Rumah Adat
2. Pakaian Adat
3. Upacara Perkawinan
4. Upacara Peusijuek
5. Tarian Adat
6. Senjata Adat
7. Makanan Adat
8. Suku Adat
9. Bahasa Daerah
10. Lagu Daerah.
1. Rumah Adat
Untuk mengenal 10 kebudayaan Aceh yang istimewa ini kita mulai dengan mengenal rumah adatnya. Rumah adat Aceh sendiri dikenal dengan nama Rumoh Aceh atau krong Bade. Ada beberapa hal yang unik dan menjadi ciri khas dari rumah adat Aceh ini. Salah satunya bentuk rumah yang seperti panggung dengan berjarak sekitar 2,5 sampai 3 meter dari atas tanah. Keseluruhan bangunan rumah adat ini juga dibangun dengan menggunakan kayu. Sedangkan atapnya berasal dari anyaman daun enau atau daun rubia.
Hal yang menjadikan rumah adat ini semakin unik adalah dari segi penggunaannya, seperti bagian kolong rumah yang digunakan sebagai tempat menyimpan bahan-bahan makanan sedangkan bagian atas atau panggungnya digunakan sebagai tempat istirahat atau penerima tamu. Masih ada satu lagi yang menjadi keunikan mendalam dari Aceh ini yaitu terletak pada jumlah anak tangga yang mengantarkan pada ruang utama atau panggung.
Anak tangga tersebut sengaja dibuat ganjil yang dimaksudkan sebagai simbol nilai religius Suku Aceh. Selain itu rumah adat yang merupakan 10 kebudayaan Aceh ternama ini juga mempunyai kesan yang khas nama-nama setiap bagian rumah dengan fungsinya masing-masing. Seperti Seuramoe Teungoh yang merupakan bagian ruangan depan sebagai ruangan khusus keluarga, Seuramoe Keue yang difungsikan sebagai tempat menerima tamu, serta Seurameo Likot yang difungsikan sebagai dapur.
2. Pakaian Adat
Pakaian adat Aceh ini biasanya digunakan pada saat-saat istimewa saja, seperti upacara adat atau acara-acara pemerintahan lainnya. Pakaian adat pria sendiri merupakan perpaduan dari beberapa bagian. Mulai dari bagian atas yang disebut Meukasah dan celana atau bagian bawahannya disebut cekak musang atau ada juga yang menyebutnya dengan nama celana sileuweu.
Sedangkan untuk pakaian adat wanitanya merupakan perpaduan dari baju atasan yang berbentuk baju kurung berlengan panjang dengan kerah baju yang bergaya seperti kerah baju pakaian China. Sedangkan bagian bawahnya juga mengenakan celana cekak musang. Pakaian adat Aceh yang merupakan salah satu dari 10 kebudayaan Aceh ini biasa dikenakan dalam pertunjukan panggung di acara bergengsi dengan jajaran pakaian adat lainnya untuk memperkenalkan keanekaragaman budaya bangsa yang wajib dilestarikan.
3. Upacara Perkawinan
Di antara 10 kebudayaan Aceh ini, masih dilengkapi dengan upacara adat yang biasa diselenggarakan dengan tujuan dan fungsinya masing-masing. Ada beberapa upacara adat yang merupakan tradisi masyarakat Aceh seperti upacara perkawinan. Upacara perkawinan di Aceh diselenggarakan dengan berbagai tahapan, mulai dari tahapan melamar calon pengantin wanita, tunangan, pesta pelaminan, penjemputan mempelai wanita, hingga penjemputan mempelai pria.
4. Upacara Peusijuek
Upacara adat yang ada di Aceh bukan hanya upacara yang digelar dalam acara perkawinan saja, masih ada lagi seperti upacara peusijeuk yang merupakan tradisi memercikkan air yang dicampur dengan tepung tawar kepada seseorang yang sedang mempunyai hajat tertentu.
5. Tarian Adat
Tarian Tradisional yang Berasal Dari Aceh:
- Tari Saman.
- Tari Laweut Aceh.
- Tari Tarek Pukat.
- Tari Bines.
- Tari Didong.
- Rapai Geleng.
- Tari Ula ula lembing.
- Tari Ratoh Duek Aceh.
- Tari Pho.
6. Senjata Adat
Mengenal 10 kebudayaan Aceh selanjutnya adalah mengenal senjata adat yang digunakan masyarakat Aceh. Senjata tradisional Suku Aceh dikenal dengan nama Rancong. Rancong sendiri merupakan senjata yang memiliki ukuran relatif kecil berbentuk sejenis keris yang mulai dipakai oleh Suku Aceh sejak zaman kesultanan Aceh. Selain Rancong, ada juga Siwah dan Peudeung yang juga merupakan senjata adat Suku Aceh.
Senjata Tradisional Aceh:
- Rencong meupucok
- Rencong meucugek
- Rencong meukuree
- Rencong pudoi
- Siwah
- Peudeung
Makanan adat yang biasa disajikan masyarakat Aceh memiliki corak yang mirip dengan masakan India. Di antaranya seperti rti canai dan gulai atau kerambi kering. Ada juga makanan yang berbahan dasar ikan atau yang dikenal dengan nama eungkot paya. Saat Anda berkunjung ke suku Aceh, Anda dapat menikmati 10 kebudayaan Aceh lainnya termasuk mencicipi makanan adatnya yang menggoyang lidah.
Makanan Khas Aceh:
- Manisan pala
- Sanger
- Pisang Sale
- Kembang loyang
- Lepat
- Rujak Aceh Samalanga
- Keumamah
- Kue Bhoi
- Bohromrom
- Meuseukat
8.SukuAdat
Aceh terdiri dari berbagai suku dan marga yang mendiami tempat ini. Seperti Suku Aceh, Suku Alas, Suku Tamiang, Suku Gayo, Suku Ulu, Suku Singkil, Suku Simelu, Suku Jamee, Suku Ulet dan lain sebagainya. Berbagai suku yang mendiami Aceh ini hidup secara berdampingan dan mewarnai keindahan corak budaya yang ada di Aceh tersebut.
10 Suku di Aceh:
- Suku Gayo.
- Suku Aneuk Jamee.
- Suku Singkil.
- Suku Alas.
- Suku Tamiang.
- Suku Kluet.
- Suku Devayan.
- Suku Sigulai.
9. Bahasa Daerah
Aceh terdiri dari sembilan suku dimulai dari suku Aceh (mayoritas), Tamiang (Kabupaten Aceh Timur Bagian Timur), Alas (Kabupaten Aceh Tenggara), Aneuk Jamee (Aceh Selatan), Aneuk Laot, Gayo (Aceh Tengah), Simeulue dan Sinabang (Kabupaten Simeulue). Masing-masing suku mempunyai budaya, bahasa dan pola pikir masing-masing. Setiap suku memiliki bahasa masing-masing, bahkan beberapa bahasa diantaranya sudah jarang digunkan dan diprediksi akan segera lenyap seperti bahasa haloban yang ada di simeulue dan kepulan banyak singkil.Antara lain bahasa Aceh yang dipakai sampai sekarang:
Bahasa Aceh
Bahasa Aceh merupakan bahasa yang banyak digunakan masyarakat aceh pada umumnya, hampir 70% dari total penduduk aceh menggunakan bahasa aceh dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahasa aceh memiliki dialek yang berbeda-beda seperti dialek pidie, aceh besar dan aceh selatan serta aceh utara, dialek yang akan menjadi identitas seseorang bila sedang berkomunikasi.
Bahasa Aneuk Jamee
Bahasa jamee berasal dari daerah Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya dan masih menjadi bahasa sehari-hari masyarakat disana. Bahasa Jamee juga sering di istilahkan dengan bahasa Baiko karena banyak kosa kata dalam bahasa jamee memiliki huruf vokal “o”.
Bahasa Kluet
Bahasa Kluet merupakan bahasa Ibu bagi masyarakat Suku Kluet yang mendiami beberapa kecamatan di Aceh Selatan. Bahasa ini berpusat di beberapa daerah seperti Kecamatan Kluet Utara, Kluet Tengah, Kluet Selatan dan Kluet Timur.
Bahasa Alas
Bahasa ini kedengarannya lebih mirip dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat etnis Karo di Sumatera Utara. Masyarakat yang mendiami kabupaten Aceh Tenggara, di sepanjang wilayah kaki gunung Leuser, dan penduduk di sekitar hulu sungai Singkil di kabupaten Singkil, merupakan masyarakat penutur asli dari bahasa Alas.
Bahasa Gayo
Bahasa ini diyakini sebagai suatu bahasa yang erat kaitannya dengan bahasa Melayu kuno, meskipun kini cukup banyak kosakata bahasa Gayo yang telah bercampur dengan bahasa Aceh. Bahasa Gayo merupakan bahasa ibu bagi masyarakat Aceh yang mendiami kabupaten Aceh Tengah, sebahagian kecil wilayah Aceh Tenggara, dan wilayah Lokop di kabupaten Aceh Timur. Bagi kebanyakan orang di luar masyarakat Gayo, bahasa ini mengingatkan mereka akan alunan-alunan merdu dari syair-syair kesenian didong.
Bahasa Haloban
Bahasa Haloban adalah salah satu bahasa daerah Aceh yang digunakan oleh masyarakat di kabupaten Singkil, khususnya mereka yang mendiami Kepulauan Banyak, terutama sekali di Pulau Tuanku. Jumlah penutur bahasa Haloban sangat sedikit dan jika uapaya-upaya untuk kemajuan, pengembangan serta pelestarian tidak segera dimulai, dikhawatirkan suatu saat nanti bahasa ini hanya tinggal dalam catatan-catatan kenangan para peneliti bahasa daerah.
Bahasa Devayan
Seperti halnya bahasa Kluet, informasi tentang bahasa Singkil, terutama sekali dalam bentuk penerbitan, masih sangat terbatas. Bahasa ini merupakan bahasa ibu bagi sebagian masyarakat di kabupaten Singkil. Dikatakan sebahagian karena kita dapati ada sebagian lain masyarakat di kabupaten Singkil yang menggunakan bahasa Aceh, bahasa Aneuk Jamee, ada yang menggunakan bahasa Minang, dan ada juga yang menggunakan bahasa Dairi (atau disebut juga bahasa Pakpak) khususnya di kalangan pedagang dan pelaku bisnis di wilayah Subulussalam.
Bahasa Simeulue
Bahasa Simeulue adalah salah satu bahasa daerah Aceh yang merupakan bahasa ibu bagi masyarakat di pulau Simeulue dengan jumlah penuturnya sekitar 60.000 orang. Bahasa ini memiliki dua dialek, yaitu dialek Devayan yang digunakan di wilayah kecamatan Simeulue Timur, Simeulue Tengah dan di kecamatan Tepah Selatan, serta dialek Sigulai yang digunakan oleh masyarakat di wilayah kecataman Simeulue Barat dan kecamatan Salang.
Bahasa Tamiang
Bahasa Tamiang (dalam bahasa Aceh disebut bahasa Teumieng) merupakan variant atau dialek bahasa Melayu yang digunakan oleh masyarakat kabupaten Aceh Tamiang (dulu wilayah kabupaten Aceh Timur), kecuali di kecamatan Manyak Payed (yang merupakan wilayah bahasa Aceh) dan kota Kuala Simpang (wilayah bahasa campuran, yakni bahasa Indonesia, bahasa Aceh dan bahasa Tamiang). Hingga kini cita rasa Melayu masih terasa sangat kental dalam bahasa Tamiang.
10. Lagu Daerah
Tidak lengkap rasanya mengenal kebudayaan Aceh sebelum mengetahui lagu daerah yang menjadi kesenian Aceh ini. Aceh mempunyai beberapa lagu daerah yang nyaman didengarkan sebagai teman bersantai seperti Bungong Jeumpo dan Piso Surit.
Macam macam lagu daerah Aceh:- Bungong Jeumpa.
- Tawar Sedenge.
- Aceh Lon Sayang.
- Aneuk Yatim.
- Sepakat Segenap.
- Lembah Alas.
0 comments:
Post a Comment